
Jakarta - Tinggal hitungan hari lagi dimulainya pentas akbar kompetisi elite Indonesia, BRI Super League 2025/2026.
Partai Persebaya kontra juara Liga 2 2024/2025, PSIM, di Stadion GBT Surabaya, 8 Agustus, jadi pembuka perjalanan panjang menuju tangga juara.
Sedangkan 16 kontestan lainnya secara terpisah bakal saling bentrokan dalam delapan pertandingan pekan pertama nanti.
Kesan pertama sangat menentukan. Selanjutnya tergantung konsistensi tiap tim mengarungi ketatnya persaingan kasta tertinggi sepak bola Indonesia nanti.
Jika performa tim stabil mahkota juara bakal bisa digenggam. Sebaliknya apabila kinerja skuat labil, ancaman turun kasta pun siap menanti.
Namun jika ditanya target, 18 kontestan pasti berambisi jadi jawara. Makanya mereka melakukan persiapan matang. Mulai rekrutmen pelatih, pemain, hingga gemblengan latihan serta uji kekuatan amunisi.
Menurut Gusnul Yakin ada tiga faktor utama sebuah tim bisa meraih gelar kampiun. Kekuatan dan kesehatan finansial jadi modal utama.
"Kekuatan dana penentu kesuksesan tim. Tapi pengelolaan harus sehat. Jika tak ditata dengan manajemen rapi, klub tersebut bisa terengah-engah di tengah jalan," katanya.
Faktor Penting Kekuatan Uang

Dengan kekuatan keuangan, lanjut Gusnul Yakin, tim tersebut bisa belanja pemain mewah. "Uang yang akan bicara. Tiap pemain pasti ingin bergabung di tim yang memberi kontrak besar. Terutama pemain berlabel bintang. Tapi pemain mahal tak selalu jadi jaminan juara bila tak didukung kedalaman tim solid," jelasnya.
Dalam kompetisi panjang dan geografis Indonesia yang luas, keuangan kuat menjamin kelancaran operasional.
"Mengelola klub sangat kompleks. Sebuah tim bisa memberi kontrak bagus, tapi jika kebutuhan sehari-hari dan operasional lain tak dihitung cermat perjalanan tim bisa tersendat," ujarnya.
Maka pengamat sepak bola senior asal Malang itu berani menyebut Persib tetap berada di urutan teratas untuk mencetak hatrik juara musim depan. Berikutnya disusul Dewa United dan Malut United.
"Dari tiga tim itu, saya jagokan Persib juara lagi. Keuangan mereka kuat dan sehat. Sponsor banyak masuk. Pendapatan dari penonton juga bagus. Persib juga merombak tim dengan merekrut pemain yang lebih bagus dibanding musim lalu," ucapnya.
Kekurangan Dewa United

Sementara Dewa United yang tergolong tim tajir masih ada sedikit kekurangan. "Secara finansial Dewa United bagus. Tapi mereka tak punya basis suporter kuat yang berperan menyuntik spirit pemain di kandang. Materi pemain mereka juga tak usah diragukan lagi. Kekuatan Dewa United nyaris seimbang dengan Dewa United," paparnya.
Selanjutnya mantan pelatih Arema ini menyebut nama Malut United. Belanja pemain gila-gilaan, terutama mengontrak empat bintang eks Persib, Gustavo Franca, Tyronne Del Pino, Ciro Alves, dan David da Silva jadi kartu turf.
"Tiga faktor yang saya sebut juga dimiliki Malut United. Tapi banyak orang meragukan sosok Hendri Susilo. Apakah dia bisa mengendalikan tim yang dihuni banyak bintang?" katanya.
Sebagai mantan pelatih, Gusnul Yakin berharap Hendri Susilo mampu menurunkan ego pemain bintang yang ada di skuat Laskar Kie Raha.
"Hendri Susilo harus berani mengingatkan bahwa para bintang itu berada di tim baru. Jika dia bisa mengelola ego pemain dengan baik, saya kira Malut United layak diperhitungkan jadi juara musim depan," tuturnya.
Gusnul Yakin yang pernah menukangi Persiter pada musim 2006 silam menyebut kekuatan Malut United tak hanya pada pemain asing pilih tanding. Tapi juga ikatan primordial dan emosional para putra daerah.
"Di antara 18 tim, Malut United, PSBS, dan PSM paling banyak putra daerahnya. Tapi kualitas local pride Malut United sangat bagus. Ikatan batin ini jadi modal Malut United untuk bersaing jadi juara," pungkasnya.