
Jakarta - Rafael Struick menjalani kariernya di Indonesia dengan pengalaman baru yang datang hampir setiap pekan. Penyerang Dewa United dan Timnas Indonesia U-22 itu membagikan ceritanya dalam YouTube Sport77 Official.
Pertanyaan mengenai kualitas liga Indonesia menjadi satu di antara topik yang dibahas. Struick meresponsnya dengan menarik karena jawabannya muncul dari pengalaman yang ia jalani.
"Tidak. Jujur saja semua yang bilang begitu, semua orang Indonesia mungkin tidak pernah main sepak bola di level ini. Jadi tentu levelnya berbeda dengan Eropa. Sepak bola berbeda," ujar Struick.
Struick menggambarkan gaya bermain di Eropa dan Indonesia melalui sudut pandangnya. Dia memaparkan bahwa setiap negara memiliki karakter sepak bola yang unik.
"Saya tidak bilang itu sangat buruk, hanya berbeda. Di Eropa semua ingin bermain sepak bola seperti tiki-taka. Di Indonesia lebih seperti tendang bola, serang balik, sedikit lebih banyak kick and rush," jelasnya.
Zainudin Amali menegaskan pelatih baru Timnas Indonesia harus cocok dengan karakter pemain dan siap memenuhi target besar PSSI dari FIFA ASEAN Cup hingga Piala Asia 2027.
Pemain Asing Menaikkan Level Kompetisi

Seiring perjalanan kariernya bersama Dewa United, Struick mulai memahami karakteristik kompetisi di Indonesia. Dia menyadari kualitas liga tidak bisa disimpulkan hanya dari apa yang dibicarakan orang.
"Itu berbeda tapi jujur levelnya tidak seburuk itu karena kamu lihat sekarang. Saya bisa bilang Dewa United punya tim bagus, punya pemain bagus," ucap Struick.
Kehadiran tujuh pemain asing dalam starting eleven juga menjadi bagian yang ia perhatikan. Struick melihat bagaimana perubahan regulasi tersebut membuat pertandingan semakin intens.
"Semua orang bilang begitu, tapi kami sulit di liga, karena liga tidak buruk. Dan juga pemain asing setiap tim bisa punya tujuh orang di starting eleven," tuturnya.
Menurutnya, para pemain asing yang datang membawa warna berbeda di setiap klub. Berbagai legiun impor menciptakan tantangan baru sekaligus standar permainan yang lebih tinggi.
"Tapi mereka juga menaikkan level, semua pemain Brasil, pemain asing. Jadi untuk orang yang bilang liga buruk, kamu bisa bilang semaumu, tapi Liga Indonesia tidak seburuk itu," ungkap mantan pemain ADO Den Haag dan Brisbane Roar itu.
Tetap Ada Perbedaan

Namun, Struick mengakui perbedaan level dengan Eropa tetap ada. Dia menganggap keadaan itu sebagai konsekuensi dari perbedaan kultur sepak bola di dua kawasan.
"Saya harus bilang liganya berbeda dan mungkin level sedikit lebih rendah. Tentu, tetapi itu normal," katanya.
Perbincangan kemudian bergeser ke kondisi stadion dan fasilitas lainnya. Struick bercerita menemukan situasi yang beragam selama menjalani kompetisi di Indonesia.
"Di beberapa klub tidak bagus tapi beberapa klub bagus. Tapi saya pikir itu bagian dari budaya di sini," terang Struick.
Cerita Pengalaman Jalani Laga Tandang

Tak hanya stadion, pengalaman tandang juga memberinya banyak cerita baru. Dia menemukan akomodasi yang tidak selalu berada pada kondisi terbaik.
"Bagi saya semua baru, jadi kadang saat saya perjalanan ke pertandingan tandang, saya tidak ingin berbicara terlalu banyak tentang ini, kami tinggal di hotel yang tidak bagus, stadion berantakan, kotor tapi bukan akhir dunia," jelas Struick.
"Pada akhirnya saya bermain sepak bola dan saya nikmati," imbuhnya.
Sumber: YouTube Sport77 Official
